Pages

Friday, March 21, 2014

Journey to The East - Sulawesi Selatan (Day 2)

Senin, 10 Maret 2014
Tana Toraja - Makassar

  • Ojek keliling Tana Toraja Rp 200.000
  • Makan pagi Rp 25.000
  • Tiket masuk Bori' Parinding Rp 10.000
  • Gula, permen, rokok untuk Rambu Solo Rp 69.000
  • Tiket masuk Kete' Kesu Rp 10.000
  • 6 kotak kayu untuk oleh2 Rp 55.000
  • Makan siang Rp 30.000
  • Tiket masuk Londa Rp 10.000
  • Tiket masuk Lemo Rp 10.000
  • Tiket bus Litha dari Toraja ke Makassar Rp 120.000
  • Kopi 1 kg Rp 65.000
  • 1 taplak meja tenun Toraja Rp 100.000
  • Penginapan Rp 60.000
  • Nasi Rp 5.000
  • Putu Ayu & Donat kampung Rp 2.000
  • Tas kain I Love Toraja Rp 20.000
  • Pete2 dari Rantepao ke Makale Rp 7.000
  • Pete2 dari Makale ke Rantepao Rp 7.000
  • Bentor dari penginapan ke pool bus Rp 7.000
Ini judulnya sepanjang jalan antara Makassar sampai Tana Toraja diisi dengan tidur. Sempat beberapa kali terbangun, tapi secara di luar masih gelap ya mending merem lagi deh. Jadi jangan tanya bus ini melewati kabupaten apa saja. Antara bangun dan terlelap, terasa beberapa kali bus berhenti walaupun gak lama. Bangun yang sebenar2nya pas di Makale. Dan saya langsung mikir, bentar lagi nyampe nih.

Rantepao

Sampai Rantepao jam 06.00. Pool bus-nya terletak diantara pertokoan. Selain pool bus Litha juga disini ada beberapa pool bus lainnya. Banyak tukang ojek nawarin jasanya. Tapi rasanya badan ini belum siap untuk diajak jalan. Ada satu tukang ojek yang nawarin tapi saya jawab nanti karena saya mau ke mesjid dulu. Ditunjukkannya arah ke mesjid yang lokasinya belokan ke kiri kedua dari pertokoan ini.

Oiya, tempat pool bus2 tersebut memang disebut pertokoan oleh masyarakat setempat dan pool bus2 disebut perwakilan. Lokasi pertokoan di jalan Mappanyukki

Tidak seberapa jauh ke mesjid ini. di antara pilar mesjid ini terdapat tongkonan (rumah adat Toraja) di kiri kanannya. Sayang pintu masuk ke dalam mesjid ini tertutup. Boro2 untuk cuci muka untuk wudhu dan shalat subuh (yang kesiangan) aja gak bisa.

Di depan mesjid tukang ojeknya nungguin. Dia nawarin jasanya 250rb deal-nya 200rb dengan rute Batutumonga, Kete' Kesu, Lemo, Londa terserah dia deh. Saya bilang pokoknya objek yang menarik. Tapi yang pasti saya mau ke Batutumonga. Juga tanya ada acara Rambu Solo apa enggak. Kalopun ada tapi jauh, gak usah. Dia bilang akan tanya ke teman2nya mengenai acara Rambu Solo; acara adat untuk pemakaman. Semakin kaya, punya status tinggi dalam masyarakat akan semakin meriah acara tersebut.

Batutumonga

Sarapan dulu, cuma nasi pake ayam goreng secara sayur dan lauk lainnya belum siap. Eh pas sarapan saya baru kenalan sama tukang ojek-nya loh :D. Setelah selesai makan kita langsung ke Batutumonga. Jalannya menanjak dan jelek, jauh pula. Berlubang dan berbatu2. Sayang kabut masih tebal, gak keliatan deh kota Rantepao. Batutumonga terletak di kaki gunung Sesean.



Batutumonga disebut juga kampung diatas awan karena berada di dataran tinggi dan dari sini kita seperti berdiri menginjak awan. Keren...

Ada resort (kayaknya sih satu2nya deh) di Batutumonga yang namanya Mentirotiku. Terlihat ada 2 bule sedang menikmati sarapan pagi di resort tersebut. Mentirotiku resort yang berbentuk tongkonan. Unik juga tuh. Tapi cukup repot kalo menginap disini karena tidak ada angkutan umum/pete2 yang melintas. Jadi harus sewa motor. Eh mungkin ada juga pete2 tapi waktu saya kesana, gak ada yang lewat tuh.

Sepanjang Batutumonga terlihat hamparan hijau lahan persawahan. Juga terlihat beberapa batu besar diantara sawah2 tersebut. Seperti batu yang dilontarkan gunung pada saat meletus. Seperti dataran tinggi lainnya, di Batutumonga ini terasa sejuk.

Loko'mata

Dari sini menuju Loko'mata, yaitu tempat pemakaman yang berupa batu besar yg dipahat oleh manusia untuk membuat lubang tempat peti mati. Di dekat batu ini juga terlihat keranda yang berbentuk Tongkonan. Pada lubang2 tersebut terlihat ada Tao Tao (patung berbentuk manusia). Keranda ini hanya dipakai 1x, tidak boleh dipakai berulang untuk mengantar jenazah orang lain walaupun masih satu keluarga. Tao Tao ini menggambarkan orang yang sudah meninggal. Tao Tao yang masih kasar biasanya buatan jaman dahulu dan kurang mirip dengan aslinya. Namun Tao Tao buatan sekarang sudah terlihat mirip dengan aslinya.




Di sekitar Loko'mata juga terdapat Patane, yaitu tempat pemakaman buatan manusia. Bentuknya bermacam2 tapi kebanyakan berupa bangunan tongkonan kecil. Patane ini dapat berisi beberapa peti jenazah, tentunya yang masih satu keturunan.

Tidak jauh dari situ terlihat 2 kerbau bule sedang merumput. menurut si guide, semakin banyak putihnya dan sedikit warna hitamnya seekor kerbau, semakin mahal harganya. Bisa mencapai milyaran. Ebuset... Masih menurut Eddy, kerbau bule itu bisa dibilang rezeki karena tidak dihasilkan secara genetik. Kerbau bule bisa terlahir dari pasangan kerbau biasa.

Semahal apapun harga kerbau bule, setiap keturunan akan selalu menyediakan paling sedikit 1 kerbau bule saat upacara Rambu Solo untuk orangtuanya. Sebagai penghormatan/tanda bakti anak.

Bori' Parinding

Lanjut ke Bori' Parinding; tiket masuk ke objek ini Rp 10.000 WNI dan Rp 20.000 wisman. Disini terdapat beberapa menhir (batu berbentuk panjang) dari jaman megalitikum. Naik keatas dari Bori' Parinding ini dapat kita temui pohon tinggi dan besar tempat pemakaman bayi. Lubang di pohon sudah tidak tampak karena tertutup daun. Walaupun tidak terlalu tinggi tangga dari lokasi menhir ke pohon besar tapi cukup membuat pegel kaki.



Informasi yang di dapat Eddy setelah menghubungi teman2nya, ternyata ada perayaan Rambu Solo di dekat Kete' Kesu. Eddy menganjurkan untuk saya membawa sedikit

buah tangan. Akhirnya kita ke pasar di Rantepao untuk beli gula pasir, rokok dan permen untuk diberikan kepada keluarga yang mengadakan Rambu Solo nanti.


Kete' Kesu

Dari pasar langsung menuju Kete' Kesu. Untuk masuk ke dalamnya ada tiket masuk sebesar Rp 10.000. Lumayan bisa nitip backpack yang lumayan berat di loket ini. Disini terdapat jejeran tongkonan lengkap dengan tanduk kerbau dan kerangka kepala kerbau yang jumlahnya menandakan banyaknya kerbau yang telah dipotong.



Masuk lebih ke dalam inilah objek di Kete' Kesu berupa bukit tempat menyimpan peti jenazah. Sebelum naik ke bukit (yang sudah dibuat anak tangga) terdapat beberapa Patane yang bermacam2 bentuknya. Gak cuma berbentuk tongkonan saja.

Karena Eddy sedang menerima telepon, saya naik sendirian. Tiba diatas terlihat pemandangan yang.... agak2 gimana gitu. Karena terlihat beberapa kerangka manusia tergeletak begitu saja. Beberapa ada yang ditempatkan dalam peti tapi tidak tertutup.

Saya memutuskan untuk kembali ke bawah. Karena suasana lebih sepi kalau saya melanjutkan keatas :D. Saat saya tanya Eddy kenapa kerangka2 tersebut dibiarkan tergeletak seperti tidak ada yang mengurus, Eddy menjawab memang begitu tradisi di sini.

Sebelum keluar dari kompleks Kete' Kesu, Eddy bilang kalau mau beli suvenir khas Toraja lebih murah disini saja daripada di luar atau di pertokoan. akhirnya saya memutuskan untuk membeli kota kayu dengan ukiran Toraja untuk oleh2. Untuk 6 kotak kecil saya membayar Rp 55.000,-.

Lanjut untuk melihat Rambu Solo. Menurut Eddy yang meninggal adalah seorang nenek yang cukup berpengaruh semasa hidupnya. Jadi acara ini dapat dipastikan akan besar dan memakan waktu berhari-hari.

Upacara Rambu Solo

Gak bisa dibilang deket juga sih dari Kete' Kesu ke lokasi Rambu Solo. Item mutlak deh ini judulnya, berpanas2 naik motor. Sampai di lokasi Rambu Solo, terlihat sudah banyak oang disana baik itu keluarga dan kerabat juga turis domestik dan luar negeri.

Jadi para tamu dibagi menjadi beberapa kelompok. Masing2 kelompok akan disambut oleh pihak keluarga dengan iring2an penjemput dari pintu masuk sampai ke ke tempat perjamuan kemudian ada tarian sambutan yang dibawakan oleh sekelompok laki2 kemudian iring2an perempuan berseragam membawakan makanan dan minuman untuk para tamu tersebut. Ritual ini akan berulang manakala masih ada kelompok tamu yang datang.



Di area ini terdapat rumah panggung sebagai tempat perjamuan juga ada beberapa rumah untuk keluarga setelah prosesi perjamuan.

Etapi ritual penyambutan ini gak berlaku untuk para turis loh :P.

Terlihat juga banyak hewan babi yang dibawa tamu untuk keluarga yang mengadakan Rambu Solo. Eh ada juga beberapa kerbau bule tuh. Kasihan deh ngeliat babi2 itu. Dengan kaki2 terikat ditaro di tempat yang panas.

Acara Rambu Solo ini juga berlaku bagi warga Toraja yang beragama Islam. Jika non muslin, jenazah disimpan dulu selama beberapa waktu sampai tahunan baru diadakan Rambu Solo maka untuk yang beragama Islam, jenazah akan langsung dimakamkan dan Rambu Solo tetap dilaksanakan tentunya tanpa ada hewan babi.

Karena gak tau mana pihak keluarga yang mengadakan acara ini, saya menyerahkan gula, kopi dll kepada Bapak tua di dekat rumah induk.

Yang agak mengganggu dari acara Rambu Solo ini adalah dari pintu jalan masuk sudah ada umbul2 salah satu parpol demikian juga pada kuda mainan yang digunakan anak2 saat membawakan tarian sambutan selamat datang terdapat lambang parpol tersebut bahkan seragam penari laki2 juga menggunakan kaos dengan tulisan parpol itu. Ada apa ya? Emang yang mensponsori acara ini suatu parpol ya?

Dari hasil ngobrol2 dengan Eddy ternyata salah satu anak dari Oma yang meninggal ini adalah calon legislatif dari parpol itu. Ya gak sebegitunya keleusss acara keagamaan/budaya dicampuri sama kampanye terselubung.

Selesai dari tempat acara Rambu Solo, kita cari makan siang dulu ke tempat yang searah menuju Londa. Yang penting makan siang dan "no pork", gak usah tanya soal rasa deh :D.

Londa

Londa merupakan tempat pemakaman di dalam gua diatas bukit dengan membayar tiket masuk Rp 10.000,- . Bagaimana yah caranya membawa/mengangkat peti mati ke tebing yang tinggi itu? Semakin tinggi tempat pemakaman itu artinya semakin tinggi pula status dalam masyarakat yang meninggal. Disini saya mengagumi tao tao yang sepertinya mirip dengan mendiang.



Eddy selalu menawarkan untuk memoto saya di depan tebing/gua tempat pemakaman tapi saya selalu menolak. Gak tau yah, menurut saya sih gak perlu mengganggu "mereka" dengan foto2. Biarin hidup masing2 :)

Lemo

Selesai di Londa lanjut ke Lemo. Ini juga sama pemakaman di tebing tapi kalo di Londa berupa gua di Lemo berupa lubang yang dibuat/dipahat manusia. Terlihat berjejer tao tao berpakaian warna merah, putih dan kuning. Menurut abang ojek yang merangkap guide, pakaian tao tao tersebut baru diganti jadi warnanya masih cerah.



Dari tadi pagi keliling objek di Tana Toraja dan membeli tiket masuk, baru di Lemo saya mendapat karcis/bukti bayar. Hmmm... kenapa yah di tempat2 sebelumnya gak ada yang ngasih karcis???

Dari perjalanan pulang saya tanya ke abang ojek apakah ada tempat/penginapan hanya untuk day use? Karena saya cuma perlu untuk tempat mandi dan men-charge peralatan saja. Menurut dia tempat seperti itu tidak ada tapi dia bilang ada penginapan murah yang harganya sekitar Rp 50.000,- semalam cuma tempatnya agak jauh dari pertokoan.

Karena memang tidak akan menginap saya setuju untuk diantar ke tempat tersebut; namanya Wisma Tengkasituru di Jalan Frans Kalangan. Penginapan ini berbentuk rumah panggung. Ternyata harganya Rp 60.000/malam. Okeh... tempatnya gak direkomendasi deh. Kalo cuma untuk bersih2 dan nge-charge sih boleh lah tapi kalo untuk menginap.... BIG NO NO deh!

Sayangnya pada saat saya ke Toraja bukan waktunya hari pasar untuk jual beli kerbau di Pasar Bolu. Hari pasar hanya ada 6 hari sekalai dimana aneka kerbau diperjualbelikan disana.

Setelah bayar penginapan, saya minta abang ojek untuk antar ke pertokoan. Di sini kita pisah. Makasih ya Bang...

Pertama saya menuju pool bus Bintang Prima eh ternyata harga tiketnya lebih mahal Rp 20.000,- ya udah balik beli tiket bus Litha aja deh untuk ke Makassar. Bus dari Rantepao ke Makassar berangkat lebih cepat yaitu jam 20.00. Saya minta tempat duduk yang sebelahnya perempuan. Dan memang kalau saya perhatikan, sebagian besar penumpang bus ini baik dari Makasar ke Toraja ataupun sebaliknya adalah perempuan.

Setelah urusan beli tiket selesai, saya cari suvenir berupa taplak meja dengan tenun khas Totaja. Wuih... ternyata harganya cukup mahal loh. Ya udah beli 1 aja buat nyogok boss biar ijin cuti diperlancar. Hihihi... Kopi bubuk juga banyak yang jual tuh. Saya beli 1 kg tapi dibagi dalam beberapa bungkus. Namanya juga oleh2, kan gak perlu banyak tuh :D.

Makale

Selesai belanja, saya langsung cari kendaraan umum ke Makale karena penasaran dengan patung Lakipadada di tengah kolam. Ternyata angkutan umum dari Rantepao ke Makale bukan sejenis angkot satu pintu melainkan seperti kijang/panther pribadi namun berplat kuning. Mobil2 itu beroperasi cuma sampai 17.00. Wah harus cepat2 nih.

Sekitar setengah jam akhirnya sampai di depan kolam tempat patung Lakipadada berada. Di sekitar situ juga terdapat gereja dengan latar belakang bukit yang keren abis. Sepertinya Makale tidak seramai Rantepao. Tapi terlihat ada beberapa orang bersiap2 untuk membuka lapak jualan makanan. Mungkin kalo malam lebih rame karena banyak yang jualan makanan.



Gak lama2 di Makale, langsung cari angkutan balik ke Rantepao. Beruntung mobil angkutan ini melewati jalan raya menuju penginapan jadi gak terlalu jauh jalan kaki. Sebelum ke penginapan, mampir di warung makan untuk membeli nasi. Ternyata banyak warung nasi halal. Sambil jalan ke penginapan beli putu ayu dan donat untuk cemilan. Ini nasinya banyak banget deh. Saya beli Rp 5.000 bisa buat 2x makan.

Nelpon penginapan Salassa di Tanjung Bira untuk konfirmasi ulang dan tanya sopir angkutan yang biasa antar orang2 ke Tanjung Bira. Tapi... ongkosnya terlalu mahal. Rp 300.000 untuk mengantar dari pool bus di Makassar sampai ke Tanjung Bira. Ya mending cari angkutan umum aja deh.

Makan, mandi dan beres2. Udah siap nih mau ke pool bus. Tiba2 ada ngetok pintu. Dan inilah awal kejadian horor!

Saya pikir ada petugas penginapan yang mau tanya2 saya buka pintu. Ternyata laki2 yang tadi mengetok pintu. Agak aneh juga sih pertanyaan2nya. Untuk menghindari hal2 yang gak diinginkan pintu kamar saya buka dan saya menemui orang itu di pintu kamar. Gak lama kemudian datang lagi satu laki2 yang gayanya lebih tengil bin genit! Saya mencium ada yang gak beres nih. Untung saya sudah siap mau berangkat dan sudah membayar penginapan di muka. Jadi bisa langsung pergi kalo situasi udah semakin gak aman.

Setelah basa basi yang gak mutu. Saya pamit untuk pergi ke pool bus. Sumpah! jangan pernah ke tempat itu deh. Apalagi untuk perempuan.

Pas di depan penginapan ada semacam bentor saya langsung naik tanpa nengok2 ke belakang. Hiy... serem bener itu penginapan.

Bentor berenti di depan pool bus Litha. Setelah membayar, saya sempat tanya ke pengemudi bentor, apakah tempat saya berangkat tadi tempat yang bener alias tempat mesum. Dan.... Bapak itu bilang iya! OMG, nyaris aja...

Gak lama, ujan turun deras banget. Salah nih, saya gak bawa tas kecil untuk tentengan. akhirnya sementara menunggu bus siap berangkat, saya jalan2 sekitar pertokoan untuk beli tas kain. Di tempat saya beli taplak tadi, mahal banget. Jalan lagi dan dapat yang lebih murah. Lumayanlah untuk tempat makanan dan minuman.

Tepat jam 20.00 bus berangkat. Tapi kali ini bus tidak penuh ada beberapa bangku yang masih kosong. antara setengah tidur saya merasa bus ini muter2 nyari penumpang. sama seperti perjalanan dari Makassar, perjalanan kali ini pun diisi dengan tidur :D.

No comments:

Post a Comment